Rabu, 14 Januari 2009

sejarah singkat YAHUDI

Masalah konflik Palestina-Israel bukanlah konflik satu bangsa dengan bangsa lain. Ia adalah konflik peradaban yang usianya sangat tua. Disana terbentang benang merah panjang, sejak konflik antara Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam dengan kaum Yahudi di Madinah, konflik antara Yahudi dan Romawi, konflik antara Yahudi dengan negara-negara Eropa, konflik antara Musa dengan Fir’aun, bahkan konflik antara Yusuf ‘alaihissalam dengan saudara-saudaranya. Ujung-ujungnya adalah konflik abadi antara Allah Ta’ala dengan iblis laknatullah ‘alaih.

Kalau memahami konflik ini hanya secara lokal dan temporer, yakinlah Anda akan tersesat dalam frustasi.
Kondisi Ummat Islam di jaman modern yang penuh kesulitan dan derita, merupakan bagian dari konflik ini. Yahudi sendiri adalah bangsa “terkuat di dunia”, dalam arti: merekalah satu-satunya ras manusia yang berani konfrontatif melawan kehendak Allah Ta’ala.

Sejarah Kebangkitan Yahudi

Ketika melihat konflik Palestina-Israel, kita perlu merunut kembali catatan-catatan perjalanan sejarah di masa lalu. Disana kita akan menemukan bahan-bahan untuk memahami peta konflik ini secara utuh. Jika tidak demikian, maka kita hanya akan “konsumen terbaik” berita-berita media massa seputar konflik ini. Bayangkan semua ini sudah dimulai sejak era Perang Arab, pembakaran Masjid Aqsha, tragedi Sabra Satila, Intifadhah akhir 80-an, tragedi Al Khalil Hebron, penembakan Muhammad Ad Durrah, pembunuhan Syaikh Ahmad Yasin dan Abdul Aziz Rantisi, dll. sampai serangan Israel saat ini. Dan rata-rata model peristiwanya serupa, hanya berbeda waktu dan para pelakunya saja.

Mari kita runut latar-belakang historis fitnah Yahudi di dunia, dengan memohon petunjuk dan pertolongan Allah Ta’ala:

[1] Bani Israil pada dasarnya masih keturunan Ibrahim ‘alaihissalam. Ibrahim memiliki dua anak, Ismail dan Ishaq ‘alaihimassalam. Ismail nanti menurunkan keturunan bangsa Arab Adnani, lalu Ishaq mempunyai anak Ya’qub ‘alaihissalam. Nah, Ya’qub inilah yang kemudian disebut Israil, sehingga anak-anak Ya’qub di kemudian hari disebut Bani Israil.

[2] Saat berbicara tentang Bani Israil, perhatian kita segera tertuju kepada anak-anak Ya’qub. Mereka adalah Yusuf ‘alaihissalam, Benyamin, dan 11 saudara Yusuf. Semuanya berjumlah 13 orang; sama jumlahnya dengan matahari, bulan, dan 11 bintang yang terlihat dalam mimpi Yusuf sedang bersujud kepadanya. Karena itu angka 13 merupakan “angka keramat” bagi Yahudi sampai saat ini. Banyak logo-logo perusahaan top dunia dibuat dari karakter 13 ini.

[3] Secara umum, Bani Israil itu mewarisi dua sifat besar, yaitu: sifat keshalihan dan sifat durjana. Sifat keshalihan diturunkan dari garis Yusuf ‘alaihissalam. Sedangkan sifat durhaka diturunkan dari sifat saudara-saudara Yusuf (seayah berbeda ibu). Disana sudah tampak bakat-bakat kelicikan, dengki, kebohongan, dan sebagainya. Tetapi itu sebatas potensi, bukan kemutlakan takdir. Apalagi, di akhir hayat Ya’qub, seluruh anak-anaknya tunduk dalam agama tauhid. (Al Baqarah: 133). Saat berbicara tentang Bani Israil, sebagian orang sangat shalih dan sebagian sangat durhaka. Namun setelah kedatangan Islam, Bani Israil tidak diperkenankan lagi mengikuti agama selain Islam. Jika mereka tidak masuk Islam, dianggap durhaka seluruhnya, tidak ada toleransi sedikit pun. (Ali Imran: 85).

[4] Perjalanan sejarah Bani Israil dimulai ketika Yusuf ‘alaihissalam bersentuhan dengan peradaban Mesir. Waktu itu atas jasa Yusuf membantu bangsa Mesir, mereka diberi lahan luas oleh penguasa Mesir di wilayah Kan’an. Disana Ya’qub dan anak-keturunannya mulai membangun kehidupan. Mereka memilih tinggal di Kan’an sebab dekat dengan Mesir yang makmur, sedang di tempat asalnya sering dilanda paceklik. Waktu itu anak keturunan Ya’qub sangat dihormati penguasa Mesir. Entah bagaimana mulanya, hubungan bangsa Mesir dengan anak-keturunan Ya’qub lama-lama menjadi buruk. Alih-alih Mesir akan menghargai jasa-jasa Yusuf di masa lalu, mereka malah menjadikan Bani Israil sebagai budak-budak. Setelah ditinggal oleh Ya’qub dan Yusuf, nasib Bani Israil menjadi bulan-bulanan bangsa Mesir. Hal itu bisa terjadi karena sifat buruk Bani Israil sendiri atau sifat menindas bangsa Mesir. Tetapi kalau mencermati sikap penguasa Mesir yang bersikap sportif kepada Yusuf, kemungkinan hal itu karena sifat Bani Israil sendiri.

[5] Era perbudakan Bani Israil di Mesir sangat mengkhawatirkan. Bukan saja karena perbudakan itu kejam, tetapi ia bisa menghancurkan karakter sebuah bangsa (Bani Israil). Bayangkan, selama ratusan tahun mereka tertindas oleh sistem tirani di Mesir. Bani Israil diberi anugerah berupa bakat-bakat kecerdasan besar, dan manakala bakat itu dibesarkan di bawah sistem perbudakan, ia bisa melahirkan penyimpangan mental dan pemikiran luar biasa. Oleh karena itu Allah Ta’ala mendatangkan Musa dan Harun ‘alaihimassalam untuk menyelamatkan Bani Israil. Misi dakwah Musa bukan untuk mengislamkan Fir’aun dan rakyatnya, tetapi untuk menyelamatkan Bani Israil dari penindasan Fir’aun. Dalam Al Qur’an: Dan Musa berkata: “Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku.” (Al A’raaf: 104-105). Musa tidak pernah diperintahkan untuk memerangi Fir’aun, tetapi membawa Bani Israil tinggal di Palestina (waktu itu namanya bukan Palestina). [Perlu dicatat juga, Fir’aun (Pharaoh) adalah gelar raja-raja Mesir, bukan nama seseorang. Sedangkan Fir’aun yang tenggelam di Laut Merah bukanlah Fir’aun yang memangku Musa di waktu kecil, lalu direnggut janggutnya oleh Musa. Fir’aun dalam Al Qur’an lebih mencerminkan tabiat kekuasaan tiranik, bukan sekedar pribadi].

[6] Musa berhasil membawa Bani Israil keluar dari Mesir, Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam di Laut Merah. Lalu mereka menetap di Ardhul Muqaddas (Palestina) setelah berhasil mengalahkan kaum Jabbarin di dalamnya. (Al Maa’idah: 20-26). Ini adalah peradaban mandiri Bani Israil kedua setelah era Ya’qub dan Yusuf di wilayah Kan’aan. Musa dan Harun mendampingi Bani Israil sampai saat mereka wafat. Ketika Musa masih hidup, Bani Israil tidak henti-hentinya menguji kesabaran Musa ‘alaihissalam. Betapa banyak kasus-kasus kedurjanaan Bani Israil, sekalipun di hadapan Nabinya sendiri, Musa dan Harun. Di antaranya: Mereka menyuruh Musa dan Allah berperang di Palestina, sedang mereka mau duduk-duduk saja; mereka meminta Musa agar membuatkan berhala untuk disembah seperti suatu kaum tertentu; mereka mengikuti Samiri, menyembah patung anak lembu dari emas; mereka hendak membunuh Harun ‘alaihissalam karena selalu menasehati mereka; mereka hampir tidak melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih sapi betina, karena terlalu banyak bertanya; mereka bosan makan Manna wa Salwa dan meminta bawang, menitumun, kacang adas; dan lain-lain. Begitu sabarnya Musa, sehingga Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Semoga Allah merahmati Musa, karena dia telah diganggu lebih banyak dari ini (ujian yang menimpa Nabi), tetapi dia tetap sabar.” (HR. Bukhari-Muslim). Sangat mengagumkan kalau melihat ketabahan perjuangan Musa ‘alaihissalam. Di dalamnya terdapat sangat banyak inspirasi untuk menghadapi konspirasi global seperti saat ini. Orang-orang Yahudi di jaman sekarang mengklaim mencintai Musa, padahal di era nenek-moyang mereka, Musa benar-benar mereka sia-siakan. Musa itu lebih dekat kepada kita (kaum Muslimin), daripada Yahudi laknatullah itu.

[7] Saya menyangka, sifat-sifat durjana kaum Yahudi merupakan kristalisasi dari sifat-sifat buruk mereka selama ribuan tahun, sejak perilaku saudara-saudara Yusuf ‘alaihissalam, masa perbudakan di Mesir, kedurhakaan mereka kepada Musa, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa, dan Nabi-nabi lainnya ‘alaihimussalam. Bahkan kedurhakaan mereka di hadapan Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam di Madinah. Dalam Al Qur’an disebutkan sebuah ayat yang terasa bagai petir menimpa muka kaum Yahudi: “Lalu ditimpahkanlah kepada mereka (kaum durjana Bani Israil) nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi secara tidak hak. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (Al Baqarah: 61).

[8] Peradaban terakhir Bani Israil yang wujud di muka bumi adalah Kerajaan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam di Palestina. Beliau adalah putra Nabi Dawud ‘alaihissalam dari salah satu isterinya. Nabi Dawud adalah seorang pejuang yang berhasil membunuh Jalut (Goliath) di Palestina. (Oleh karena itu bangsa Barat mengenal kisah “David and Goliath”). Beliau ikut dalam pasukan Bani Israil di bawah pimpinan Thalut (Saul). Hal ini terjadi di masa Nabi Samuel ‘alaihissalam. Al Qur’an menjelaskannya dalam Surat Al Baqarah ayat 246-251.

[9] Kerajaan Sulaiman memiliki keistimewaan, yaitu kekayaan materinya yang sangat besar. Ia terkenal menjadi buruan manusia di dunia, sebagai harta terpendam “King Solomon”. Sampai saat ini kekayaan itu masih menjadi misteri, apakah sudah terkuak atau masih tersembunyi di balik permukaan bumi? Setelah masa Kenabian Sulaiman berlalu, kerajaan Bani Israil semakin merosot. Sampai akhirnya mereka dihancurkan oleh Nebuchadnezzar dari Kerajaan Babilonia (maaf, kemarin tertulis Byzantium. Kesalahan sudah diperbaiki, -pen). Peristiwa itu disebutkan dalam Surat Al Israa’ ayat 4-5.

[10] Setelah Bani Israil tercerai-berai di Palestina, mereka menyebar ke berbagai belahan dunia. Mereka pergi ke Eropa, ke Jazirah Arab, ke anak benua India, dan sebagainya. Itulah yang kemudian dikenal dengan istilah DIASPORA. Bani Israil tercerai-berai. Agar mendapat keamanan di Eropa, mereka menjilat kepada para penguasa Romawi. Termasuk menghasut Romawi agar memusuhi Isa ‘alaihissalam dan para pengikutnya. Kisah Ashabul Kahfi adalah sebagian pecahan dari para pengikut Isa Al Masih ‘alaihissalam.

[11] Perilaku Yahudi di Jazirah Arab sangat menarik. Mereka datang ke Madinah bukan hanya karena ingin menyelamatkan diri dari kekejaman Romawi. Tetapi mereka juga berniat menjemput Kenabian terakhir yang akan datang setelah Musa dan Isa ‘alaihimassalam. Mereka ingin “memaksakan” agar Kenabian itu jatuh ke pangkuan mereka. Kenabian ini mereka butuhkan agar mampu membangun kejayaan Bani Israil kembali seperti di jaman Musa dan Sulaiman. Namun setelah mereka menyadari bahwa Kenabian tidak lagi di pihak mereka, tetapi jatuh ke tangan bangsa Arab, mereka marah sekali. Dalam Al Qur’an disebutkan: “Dan ketika datang kepada mereka (Yahudi) sebuah Kitab dari sisi Allah (Al Qur’an) yang membenarkan keberadaan apa yang ada di sisi mereka (Taurat), padahal sebelumnya mereka selalu memohon (kedatangan Nabi) agar dimenangkan atas orang-orang kafir. Maka ketika telah datang (Kenabian dan Wahyu) yang sangat mereka kenal, mereka mengkafirinya. Maka laknat Allah atas orang-orang kafir itu (Yahudi).” (Al Baqarah: 89).

[12] Yahudi Bani Israil sangat marah ketika tahu bahwa Kenabian jatuh ke tangan bangsa Arab, anak keturunan Ismail ‘alaihissalam. Itu pun turun di Makkah, bukan Madinah tempat mereka tinggal disana. Yahudi telah habis-habisan dalam menanti kedatangan Nabi penerus Musa ‘alaihissalam ini. Ratusan tahun mereka tinggal di Madinah, melebur bersama budaya Arab, berbahasa Arab, dan memberi nama anak-anaknya dengan istilah Arab, bukan istilah Hebrew (Ibrani). Bahkan mereka ikut terlibat dalam konflik antara kabilah besar Aus dan Khazraj di Madinah. Sebagian Yahudi membela Aus, sebagian mendukung Khazraj.

[13] Kemarahan Yahudi akhirnya tertuju kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yahudi marah ketika Kenabian justru jatuh ke tangan bangsa Arab. (Al Baqarah: 90). Apalagi dalam Al Qur’an dijelaskan sangat banyak kebusukan-kebusukan Yahudi. Yahudi merasa dibenci oleh Allah. Bahkan tanda-tanda kekecewaan itu sudah muncul ketika Isa ‘alaihissalam diturunkan. Anda tahu bagaimana misi Kenabian Isa? Salah satunya adalah: “Tidaklah aku diutus, melainkan kepada domba-domba sesat dari kalangan Bani Israil.” Meskipun Isa adalah bagian dari Bani Israil, tetapi kedatangannya membuat muram wajah kaum Yahudi. Isa ternyata membawa Kitab Suci baru, yaitu Injil (bukan mengikuti Taurat atau Tabut dari jaman Nabi-nabi sebelumnya). Isa juga tidak henti-hentinya mengecam kejahatan perilaku Bani Israil. Isa dianggap lebih dekat kepada murid-muridnya daripada ke kaum Bani Israil sebagai sebuah etnik. Kemarahan itu semakin menjadi-jadi setelah Kenabian terakhir jatuh ke tangan bangsa Arab. (Al Baqarah: 90).

[14] Kemudian terbukti bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam tidak hanya menyalahkan perilaku jahat kaum Yahudi. Tetapi ia juga menyebabkan kaum Yahudi tercabut akar-akarnya dari Jazirah Arab. Sejak Islam datang, kabilah-kabilah Yahudi tersingkir, seperti kabilah Nadhir, Qainuqa, Quraidhah, hingga benteng terakhir mereka di Khaibar.

[15] Setelah mengalami kekalahan berat di masa Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam dan Khalifah-khalifah setelahnya, kaum Yahudi menyingkir dari Jazirah Arab. Mereka bergabung dengan Yahudi-yahudi lain di Eropa. Dalam masa ratusan tahun Yahudi menyebar di berbagai negara Eropa, seperti Spanyol, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, dan sebagainya.

[16] Kaum Yahudi dalam mengembangkan komunitas, caranya sangat unik. Mereka tidak berbaur dengan masyarakat setempat, bahkan mengharamkan asimilasi. Mereka memelihara warisan-warisan agamanya, terutama membangun kesombongan etnik sampai melampaui batas. Mereka menjalankan bisnis berbasis ribawi dan mereka melakukan ritual-ritual pengorbanan. Dalam ritual pengorbanan, mereka membunuh warga setempat untuk dikuras darahnya, lalu dipakai untuk persembahan. Begitu kejamnya, sampai mereka membuat alat semacam drum yang di dalamnya penuh dengan paku-paku. Di bagian bawah ada saluran untuk mengalirkan darah. Orang yang dikorbankan, dimasukkan drum itu, sampai tubuhnya penuh luka tertusuk paku, lalu darah mengucur ke bawah. Ritual semacam ini kemudian terbongkar, sehingga Yahudi diusir dari negara-negara tertentu di Eropa, salah satunya dari Spanyol. Spanyol melarang Yahudi tinggal di negerinya sampai saat ini, karena kekejaman mereka dalam soal ritual keji itu.

[17] Setelah terusir dari Eropa, Yahudi kesekian kalinya menyebar ke negara-negara lain yang masih mau menampung mereka. Kebetulan waktu itu rakyat Eropa sedang mulai eksodus menuju benua Amerika yang baru ditemukan oleh Columbus. Yahudi ikut di dalamnya. Sampai Amerika merdeka dari tangan Inggris, Yahudi telah eksis di dalamnya. Hingga ketika itu Benyamin Franklin mengingatkan bangsa Amerika tentang bahaya kaum Yahudi. Dia menyebut Yahudi seperti bangsa “vampire” yang tidak bisa damai dengan bangsa lain. Tepat sekali ucapan Benyamin Franklin, sebab dia telah membaca sepak terjang Yahudi di Eropa. Namun sayang, bangsa Amerika tidak memahami arti peringatan Benyamin Franklin tersebut, sehingga apa yang dia takutkan sekitar 400 tahun silam, benar-benar terjadi. Krisis finansial di Amerika saat ini adalah akibat nyata dari sistem ekonomi ribawi Yahudi.

[18] Satu titik sejarah yang jarang diperhatikan oleh para ahli sejarah, yaitu kedatangan Yahudi ke wilayah Turki Utsmani. Kejadian ini terpisah jarak sekitar 700 atau 800 tahun sejak era Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam. Tentu setelah masa selama itu, peristiwa kejahatan Yahudi di Madinah telah dilupakan. Yahudi diterima dengan tangan hangat di tengah-tengah masyarakat Turki Utsmani. Hal ini juga merupakan aplikasi dari ajaran Islam yang memperbolehkan di dalamnya orang Yahudi dan Nashrani tinggal, selama mereka membayar jizyah. Yahudi tidak dianiaya di negeri ini, mereka diberi pelayanan dan penghormatan, layaknya warga negara Islam. Tentu saja, Yahudi berusaha “bersikap sopan”. Di seluruh dunia tidak ada yang memperlakukan mereka dengan manusiawi, selain Peradaban Islam. Disini Yahudi tidak mungkin akan melakukan ritual pengorbanan yang mengerikan itu. Lagi pula, Yahudi waktu itu tinggal di bawah negeri Islam. Mereka tidak takut akan dikutuk oleh Allah, sebab negeri Islam menjadi pelindung mereka. Di Turki Utsmani, Yahudi tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan bejat mereka. Yahudi berlaku baik. Tanpa diduga, ternyata disinilah Yahudi mempersiapkan segala konsep-konsep kejahatan global mereka. Kemurahan Khilafah Islam justru dimanfaatkan Yahudi untuk mempersiapkan imperium kejahatan di seluruh dunia, seperti kita saksikan saat ini.

[19] Selain mengkhianati Khilafah Islam, Yahudi juga mempersiapkan beberapa jurus maut untuk meruntuhkan peradaban Islam, yaitu:
(a)Yahudi menyebarkan guru sebanyak-banyaknya di tengah masyarakat Turki Utsmani. Guru-guru itu tidak menyebarkan prinsip-prinspi kekafiran secara langsung, tetapi menyebarkan filsafat humanisme August Comte. Dengan falsafah itu diharapkan anak-anak Turki akan kehilangan sifat furqan akidah Islam, lalu diganti sifat-sifat kemanusiaan saja. Tujuan dari gerakan ini adalah memisahkan generasi muda Turki dari sifat-sifat Islami. Karena itu pula, suatu saat generasi muda Turki hilang rasa hormatnya kepada Sultan Khilafah Islam, dan mereka mau mendukung gerakan Kemal At Taturk sang terkutuk.

(b) Yahudi mendorong bangkitnya ideologi Nasionalisme Arab dan Dunia Islam. Dengan ideologi itu tidak ada lagi kesatuan Khilafah Islamiyyah. Kaum Muslimin terpecah-belah dalam berbagai bangsa yang egois sesuai etnik dan wilayahnya. Jika Khilafah Islamiyyah tetap berdiri, mustahil “Kerajaan Yahudi” dalam wujud Israel di Palestina akan bangkit. Kalau Anda saksikan bangsa Arab terpecah-belah menjadi negara-negara kecil, masing-masing saling konflik. Hal itu adalah kondisi yang diinginkan oleh Yahudi. Di jaman itu Jalaluddin Al Afghani sangat aktif berdiplomasi untuk memerdekakan negara-negara Arab dari tangan penjajah. Tetapi di kemudian hari terbuka hasil-hasil penelitian bahwa Al Afghani adalah anggota setia Freemasonry. (Salah satunya buku terbitan WAMI tentang gerakan-gerakan pemikiran keagamaan di dunia). Peranan Al Afghani seperti memperkuat sifat Nasionalisme Arab, agar tidak bangkit lagi Khilafah Islamiyyah.

(c) Sebagai ganti konsep Khilafah Islamiyyah, Yahudi menyebarkan paham demokrasi seluas-luasnya di seluruh dunia, termasuk di negeri-negeri Islam. Paham ini semakin mempersulit posisi Ummat Islam. Peluang-peluang kebangkitan semakin tipis, sebab demokrasi mengikuti suara terbanyak, sedangkan sebagian besar manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya.

(d) Yahudi menggerakkan seluruh mesin-mesin politiknya, termasuk agen-agennya di Amerika, Eropa, dan Timur Tengah untuk membidani lahirnya negara Israel pada tahun 1948. Secara politik, Inggris berada di balik pendirian Israel melalui Deklarasi Balfour. Tetapi secara potensial, Amerika mendukung penuh Israel. Dalam diplomasi internasional, isu Holocaust dipakai agar Yahudi dikasihani dunia internasional. Melalui hak veto yang dimiliki Amerika dan Inggris di PBB, Yahudi bisa lenggang kangkung mengejar ambisi-ambisinya.

(e) Yahudi menyempurnakan usahanya, dengan menguasai media massa, membuat satuan intelijen yang handal (Mossad), menguasai pasar keuangan dunia, memiliki lembaga pusat ribawi IMF dan World Bank. Mereka juga menguasai Hollywood, dunia akademis, dunia riset, fashion, dan sebagainya. Termasuk dengan merilis agama baru di kalangan Ummat Islam, yang kita kenal sebagai SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme). Inilah kenyataan yang kemudian disebut sebagai: “Yahudi menggenggam dunia!” Bahkan negara sekuat Amerika pun bertekuk lutut di bawah dominasi Yahudi. Termasuk Barack Obama yang sebentar lagi dilantik menjadi Presiden Amerika.


[20] Berdirinya Israel tahun 1948 adalah impian besar Yahudi sejak jaman Musa, Dawud, Sulaiman, bahkan jaman Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam. Yahudi sangat membutuhkan “Kerajaan Bani Israil” untuk mengalahkan orang-orang kafir. Mereka sebenarnya beriman kepada Allah, dalam arti mereka percaya bahwa datangnya seorang Nabi akan membuat mereka mulia, dan musuh-musuhnya dari kalangan orang kafir terkalahkan. Tetapi setelah jelas di mata mereka bahwa Kenabian terkahir itu bukan untuk Bani Israil, maka mereka tidak lagi menanti kedatangan seorang Nabi. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka hendak mendirikan “Kerajaan Bani Israil” dengan kekuatan tangan, otak, dan uang mereka sendiri. Dan hal itu berhasil, tahun 1948 lalu. Lebih buruk lagi, mereka menganggap kaum Muslimin sebagai orang kafir. Padahal yang mengingkari Kenabian Rasulullah adalah mereka, sehingga disebut kafir dalam Surat Al Baqarah ayat 89.

[21] Sebelum Yahudi memutuskan mendirikan negara di Palestina, waktu itu ada tiga pilihan tempat: Palestina, Agentina, atau Ethiopia. Mengapa dipilih tiga negara ini? Jelas mereka telah melakukan perhitungan yang sangat cermat. Namun pilihan akhirnya jatuh ke Palestina, yang dekat dengan sumber-sumber peradaban Yahudi sendiri di Yerusalem dan sekitarnya. Namun resikonya, disini akan menghadapi banyak tantangan dari negara-negara tetangganya yang mayoritas Muslim. Untuk itu jelas Yahudi harus mempersiapkan segala macam kekuatan, termasuk mendidik agen-agen loyalisnya di negara-negara Arab.

[22] Sebuah pertanyaan menarik, mengapa selama puluhan tahun terjadi konflik berdarah di Palestina dan tidak selesai-selesai? Jawabnya, selain karena memang “Kerajaan Bani Israil” merupakan cita-cita peradaban Yahudi sejak ribuan tahun lalu; juga karena banyaknya tangan-tangan non Yahudi yang membantu negara tersebut. PBB, Amerika, Inggris, Rusia, IMF, World Bank, dll. jelas mengabdi kepentingan Yahudi. Tetapi harus juga disadari banyak agen-agen Yahudi yang tersebar di negara-negara Arab. Mereka setiap hari, siang dan malam menyembah kepentingan Yahudi. Mereka adalah orang-orang kafir, meskipun KTP-nya Islam. Di Mesir, Yordan, Syria, Turki, dll. banyak orang yang identitasnya Muslim, tetapi hatinya telah menjadi Yahudi. Bahkan di negara-negara kaya seperti UEA, Qatar, Bahrain, dll. banyak dijumpai kemegahan jahiliyyah, yang sebenarnya merupakan hasil konspirasi Yahudi untuk menjauhkan Arab dari Islam. Kota seperti Dubai, Abu Dhabi, dan lainnya tidak kalah liberalnya dari kota-kota di Barat.

[23] Dapat disimpulkan, kaum Yahudi itu bukan para pemeluk agama Samawi (ajaran Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa ‘alaihimussalam). Mereka adalah orang-orang yang sangat arogan dengan etnisnya. Hakikat agama Yahudi adalah: pemujaan terhadap etnis mereka sendiri! Tidak ada satu pun ras manusia yang sangat ekstrim dalam soal etnis, selain Yahudi. Begitu ekstrimnya sampai mereka berani menghina Allah, marah ketika Isa membawa ajaran Injil, marah ketika Kenabian terakhir jatuh ke tangan bangsa Arab. Mereka menulis “kitab suci” tandingan bagi Taurat (Talmud), menyebut bangsa non Yahudi sebagai Ghaiyim, merusak kehidupan di muka bumi. Mereka merasa mulia sebagai pewaris “darah biru” Nabi-nabi, merasa diunggulkan atas semua ras manusia, pernah disumpah langsung oleh Allah dengan diangkat bukit Tursina di atasnya, dan lain-lain. Yahudi benar-benar mewarisi ideologi arogansi dari makhluk yang pernah mendebat Allah Ta’ala: “Ana khairun minhu, khalaqtani min naarin wa khalaqtahu min thiin” (aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah). Pemerintah Yahudi, baik di Israel maupun di dunia internasional, adalah perwujudan dari imperium arogansi. Wajar jika simbol-simbol yang selalu mereka angkat selalu bernuansa satanic. Contoh, logo yang dipakai Manchester United (MU) saat ini the red devil. Dan ada ribuan logo atau lambang yang intinya memuja arogansi iblis laknatullah.

Yahudi Merusak Peradaban
Andai ambisi Yahudi satu-satunya adalah ingin membentuk “Kerajaan Bani Israil” seperti di masa Musa, Dawud, Sulaiman, apa susahnya membangun negara seperti itu? Toh, mereka memiliki uang banyak, strategi canggih, serta SDM handal. Tidak sulit bagi Yahudi membangun negara di sebuah sudut dunia. Selama ini banyak negara-negara berdiri dengan modal lebih buruk dari Israel. Negara seperti Bosnia, Chechnya, Kamboja, Myanmar, Timor Leste, dan lainnya tidak memiliki persiapan semegah milik Yahudi. Lagi pula, mengapa Israel harus mendirikan negara di Tanah Al Quds yang merupakan wilayah milik Ummat Islam? Bahkan ia didirikan di jantung peradaban Islam, di Timur Tengah.

Andai Yahudi sudah tidak menemukan solusi lain, selain harus menegakkan “Kerajaan Bani Israil” di Palestina, mengapa mereka harus juga menghancurkan peradaban manusia di dunia? Mengapa Yahudi tidak cukup menempuh cara-cara politik atau militer, tanpa harus menghancurkan peradaban manusia? Kenyataan yang sangat menyakitkan, berdirinya Israel ditempuh bukan hanya dengan menteror warga Muslim Palestina, tetapi juga dengan menyebarkan kehancuran peradaban di seluruh muka bumi. Lihatlah di dunia selama ini, adakah yang selamat dari film Hollywood, media massa Yahudi, bank ribawi, IMF dan World Bank, pornografi, seks bebas, prostitusi, narkoba, perjudian, dan lainnya? Hingga ke anak-anak balita pun, banyak “diracuni” oleh kartun-kartun Walt Disney.

Ternyata, di luar persangkaan kita semua, Yahudi justru sangat mempercayai khabar Al Qur’an. Sebenarnya, mereka mengimani ayat-ayat Al Qur’an, tetapi anehnya mereka bersikap konfrontatif terhadap Al Qur’an. Yahudi sangat mengerti ayat-ayat dalam Surat Al Israa’ berikut ini:

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid itu (Al Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Surat Al Israa’: 4-7).

Kehancuran pertama Yahudi terjadi saat sisa-sisa Kerajaan Sulaiman dihancurkan oleh Nebuchadnezzar, sehingga bangsa Yahudi tercerai-berai. Adapun setelah kehancuran pertama ini, mereka akan menjadi kuat dan bisa mengalahkan musuh-musuhnya. Hal itu terjadi saat sekarang ini, ketika “Yahudi menggenggam dunia”. Dan nanti di puncak kezhalimannya, Israel akan dihancurkan sebagaimana sisa Kerajaan Sulaiman dulu dihancurkan. Pertanyaannya, mengapa kehancuran kedua itu tidak dihitung saat Yahudi dihancurkan oleh Spanyol atau NAZI Jerman? Jawabnya sederhana, sebab waktu itu Yahudi belum memiliki wilayah sendiri. Mereka masih numpang di negeri orang. Adapun saat ini Yahudi sudah bermukim di suatu (Palestina) tempat sebagaimana Kerajaan Sulaiman dulu.

Yahudi sebenarnya mengimani “jadwal sejarah” sebagaimana disebutkan Al Qur’an di atas. Mereka yakin, dirinya akan diberi kesempatan untuk merajalela di muka bumi. Hal itu terbukti sebagaimana kenyataan saat ini. Hingga Mahathir Muhammad mengecam dominasi Yahudi, dengan mengatakan bahwa 6 juta Yahudi bisa mengendalikan 6 miliar manusia di dunia. Yahudi tidak merasa cukup dengan hanya mendirikan Israel, bahkan tidak cukup dengan menempuh jalur politik, mereka benar-benar ingin merajalela di bumi dengan segala kedurhakaannya.

Lalu siapa yang ingin dilawan Yahudi? Mereka tidak sekedar ingin melawan Muslim Palestina, Hamas atau Syaikh Ahmad Yasin, dunia Arab dan Ummat Islam sedunia, atau segala peradaban manusia. Tetapi mereka ingin melawan Allah Ta’ala dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Yahudi adalah satu-satunya ras manusia yang berani menghina Allah dengan ucapan mereka: “Tangan Allah terbelenggu.” Kemudian mereka dikutuk oleh Allah karena perkataannya itu. (Al Maa’idah: 64). Mereka pula yang berani mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu fakir dan kami kaya raya.” (Ali Imran: 131). Disini ada dendam sejarah yang amat sangat parah di hati kaum Yahudi terhadap eksistensi agama Allah.

Aneh memang, Yahudi mengimani khabar Al Qur’an, tetapi sekaligus menentang eksistensi agama Allah (Islam). Sifat mereka persis iblis yang mengimani Allah, tetapi mendurhakai-Nya. Untuk merealisasikan maksudnya, Yahudi mengangkat simbol “Messiah”, yang pada hakikatnya adalah dajjal laknatullah. Dajjal disebutkan oleh Nabi sebagai fitnah terbesar bagi orang-orang beriman.

Maka janganlah heran dengan kezhaliman Yahudi saat ini di Palestina. Ia adalah sebagian penampakan atau konsekuensi dari dendam sejarah mereka. Awalnya, Bani Israil hanyalah sebuah kaum dengan perilaku tertentu. Perjalanan sejarah mereka yang sangat panjang melahirkan watak durjana luar biasa. Dan ternyata, watak Bani Israil itu “telah disiapkan” untuk menjadi cobaan di akhir jaman. Dulu para ahli tafsir merasa heran, mengapa A Qur’an banyak sekali bicara tentang Yahudi? Padahal setelah tercerai-berai di Madinah, mereka nyaris lenyap (mungkin karena eksodus keluar dari negeri-negeri Islam). Karena itu sebaik-baik usaha untuk melawan Yahudi adalah memahami sifat-sifat mereka dalam Al Qur’an (khususnya Surat Al Baqarah). Dan satu lagi, yakinlah bahwa serangan Israel ke Gaza bukan serangan terakhir mereka. Itu hanya delay sebelum go with new aggression!


Wallahu a’lam bisshawaab.


Ardhillah, 4 Muharram 1430 H.

Senin, 12 Januari 2009

sekilas tentang AK47




Ini dia senapan serbu AK 47, senapan ini paling banyak dipakai di dunia.
Dipakai oleh pihak militer maupun orang biasa, bahkan orang-orang yang disebut teroris kebanyakan memakai AK47, seperti serangan teroris terbaru di Mumbai India juga memakai senapan serbu AK47, memuntahkan peluru 600 butir permenit, kecepatan peluru 710 m/detik. Senapan ini memiliki jarak efektif 300 meter, artinya jika ditembak dalam jarak tersebut maka 99% yang ditembak akan mati.. 

AK-47 (singkatan dari Avtomat Kalashnikova 1947,  adalah senapan serbu yang dirancang oleh Mikhail Kalashnikov, diproduksi oleh pembuat senjata Rusia, dan digunakan oleh banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin. Senapan ini diadopsi dan dijadikan senapan standar Uni Soviet pada tahun 1947. Jika dibandingkan dengan senapan yang digunakan semasa Perang Dunia II, AK-47 mempunyai ukuran lebih kecil, dengan jangkauan yang lebih pendek, memakai peluru dengan kaliber 7,62 x 39 mm yang lebih kecil, dan memiliki pilihan tembakan (selective-fire). AK-47 termasuk salah satu senapan serbu pertama dan hingga kini merupakan senapan serbu yang paling banyak diproduksi

Haramkah Berdemonstrasi?

Haram hukumnya melakukan demonstrasi atas peristiwa yang saat ini terjadi di Palestina. Itulah fatwa yang dikeluarkan oleh Syeikh Shalih Al Luhaidan, Ketua Majelis Al A’la li Al Qadha’ Arab Saudi. Beliau menyatakan bahwa demonstrasi yang terjadi di jalanan Arab untuk membela warga Gaza termasuk membuat “fasad fi Al Ardhi“ alias kerusakan di muka bumi. Tak sekedar itu, ia juga menilai, demonstrasi sebagai hal yang tidak baik dan tidak mendatangkan kebaikan.

Pernyataan ini tidaklah mengherankan bagi pengunjung yang pernah mengikuti kajian-kajian salafi, karena dalam tradisi ulama salafi termasuk Syaikh Al Luhaidan, demonstrasi adalah perkara yang diharamkan dalam Islam.

Tentu pernyataan ini membuat banyak orang gamang, disebabkan salah satu cara yang digunakan sebagai bentuk protes terhadap kebiadaban Israel di Palestina adalah lewat demonstrasi. Apalagi pada relay TV Al Jazeera yang disiarkan oleh TV One siang kemarin, penulis mendapatkan pernyataan dari salah seorang petinggi Hamas bahwa demonstrasi yang dilakukan oleh kaummuslimin di seluruh penjuru dunia telah memberikan semangat yang berarti bagi perjuangan mujahidin di Palestina.

Siapa yang tidak akan marah dengan aksi brutal yang dilakukan oleh Israel yang tanpa belas kasihan membombardir dan membunuh rakyat tak berdosa di Jalur Gaza. Koran Republika edisi kemarin menceritakan tentang seorang wanita Palestina yang telah mengibarkan bendera putih dari rumahnya. Namun, tentara Israel tetap saja menembaki ke arahnya.
“Medics say 660 Palestinians, including 215 children and 98 women, have been killed in the Israeli onslaught on the Gaza Strip.” Hati siapa yang tidak terenyuh melihat mayat-mayat bergelimpangan di bumi Gaza.

Perasaan tersayat tentu amat dirasakan oleh kaummuslimin di Mesir, Libya dan rakyat yang tinggal di dekat pusat pertempuran. Apalagi Gaza diisolir dan ditutup oleh pemerintah Mesir. Menyaksikan saudara sendiri dibunuh oleh Yahudi Israel, dan tak mampu berbuat apa-apa tentu menyakitkan bagi diri seorang muslim. Dan demonstrasi yang begitu emosional dapat dipahami sebagai bentuk pelampiasan sakit yang teramat bagi kaummuslimin atas penderitaan yang dialami oleh kaummuslimin di Palestina.
Apalagi dukungan demonstrasi juga disampaikan oleh banyak ulama terutama ulama Mesir. Kontan saja, fatwa yang disampaikan oleh Syaikh Al Luhaidan memancing emosi ulam-ulama lainnya.

Beberapa ulama yang melakukan pertemuan di Kairo sepakat bahwa demontrasi mendukung warga Gaza yang sedang dibantai Israel saat ini adalah wajib, secara syar’i dan aqli. Salah satu dari ulama yang hadir adalah Syeikh Dr Wahbah Az Zuhaili, Wakil Ketua Majma’ Fuqaha As Syari’ah Amerika dan profesor bidang fikih di Universitas Damaskus.

Syeikh Wahbah merasa heran dan sangat mempertanyakan fatwa Al Luhaidan. “Di mana letak kerusakan di bumi, ketika kita melakukan demontrasi menentang kekejaman Israel atas Gaza? Mengatakan hal itu (pelarangan demonstrasi) sama dengan mengakui penjajahan. Jika demontrasi untuk menghancurkan kemungkaran maka hal itu bukan menciptakan kerusakan di bumi,“ ujar Syeikh Wahbah.“Tidak tepat jika fatwa ini berlaku di dunia Islam secara umum, karena ditujukan kepada umat Islam, minimal fatwa ini adalah fatwa lokal, akan tetapi ini juga tidak tepat, karena pentingnya peran demontrasi dan wajibnya untuk situasi seperti ini,“ tambah Wahbah.Ulama yang baru mendapatkan penghargaan dari pemerintah Malaysia ini juga menyatakan,“Fatwa ini tidak benar, dan ini dipengaruhi oleh situasi yang ada di Saudi, dan mereka selalu menjaga adat, karena raja-rajanya menolak munculnya demontrasi,“ ujarnya.Ia menjelaskan bahwa tidak setiap demonstrasi adalah perusakan di atas bumi, dihukumi merusak jika melakukan perusakan, mencemooh tanpa sebab, maka hal ini termasuk menimbulkan kerusakan.

“Demontrasi adalah pengungkapan pendapat, dan itu termasuk hak setiap orang menurut pandangan Islam. Dan pentingnya demonstrasi serta perannya sudah terbukti oleh sejarah, dimana ia memiliki pengaruh besar dalam mengusir penjajahan atas bumi Islam“, beliau menutup perkataan. Dr Abdul Mu’thi Al Bayumi, anggota Majma’ Al Buhuts Al Islami Al Azhar, Mesir juga menyatakan bahwa fatwa itu tidak dibenarkan.

“Demontrasi merupakan cara untuk mengungkapan pendapat, karena sebagai “umat lemah“, mereka tidak mendapatkan cara agar pendapat mereka didengar oleh para pengambil keputusan. Kalau hal ini dilarang, bagaimana cara mereka mengungkapkan pendapat dan didengar?“ Bayumi menegaskan bahwa demontrasi harus tetap memiliki etika dan tidak melakukan perusakan.

Sedangan Dr Abdul Lathif Mahmud Al Mahmud, anggota Majelis Al A’la li Syu’un Al Islamiyah (Majelis Tinggi untuk Urusan Keislaman), Mesir mengatakan, . “Apa yang marusak bumi yang dikatakan Luhaidan?! Saya yakin bahwa fatwa ini menyelisihi syariat Allah. Allah berfirman,“Dan persiapkanlah kekuatan segalah apa yang kalian mampui“ [Al Anfal: 60]. Dan demontrasi termasuk bagian kekuatan publikasi, yang mencerminkan dukungan mayoritas umat Islam terhadap mujahidin di Gaza,“ katanya.Di juga menegaskan tidak ada bentuk kerusakan, ketika sekelompok orang mengungkapkan pendapatnya untuk merespon serangan Israel atas Gaza yang membuat jatuh ratusan korban, dengan cara yang baik.

Dr Hasan As Syafi’i mantan rektor Al Jami’ah Al Islamiyah Pakistan juga menegaskan bahwa yang mengeluarkan fatwa demikian harus bertanggung jawab dan siap meralat. Ungkapan seluruh umat Islam yang terjadi di suluruh dunia saat ini untuk mendukung Gaza, tidak mungkin bisa dikatakan sebagai perbuatan menciptakan kerusakan di atas bumi.Perbedaan pendapat di antara ulama ini, sangat diharapkan tidak memecah persatuan dan sikap kaummuslimin atas agresi militer Israel di Palestina. Jika perselisihan ini terus dibesar-besarkan maka umat Islam akan kehilangan orientasi, manakah ulama yang mesti ia dengar. Jika masalah demonstrasi saja diributkan, apalagi jika menyangkut fatwa tentang “wajibnya jihad di Palestina”, tentu perdebatan akan semakin runyam.

Menurut saya hal yang harus kita sadari bahwa upaya untuk menjadikan masalah Palestina sebagai bentuk tindak kejahatan kemanusiaan dengan menegasikan hal ini sebagai perang agama hanya untuk mengharapkan dukungan internasional untuk membenci Israel agaknya merupakan upaya yang belum tentu mendatangkan hasil yang positif. Apalagi telah nyata kebencian orang non muslim kepada Islam, terutama orang-orang Kristen. Malahan di antara mereka ada yang mendukung sepenuhnya agresi Israel di Palestina sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang pendeta Nasrani Hans Jefferson, Pimpinan Yayasan Kasih dalam sebuah wawancara dengan Radio Nederland Wereldomroep. Hans mengatakan secara batin, umat Kristen di seluruh dunia pasti berdoa buat Israel. (silahkan baca selengkapnya di hidayatullah.com)

Kamis, 08 Januari 2009

Manhaj dan Aqidah HAMAS

sumber: eramuslim.com

HAMAS adalah kependekan dari Harokah al Muqowamah al Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islam, didirikan pada tanggal 14 Desember 1987 M oleh Syeikh para syuhada Ahmad Yasin bersama dengan beberapa orang yang meyakini pemikiran gerakan dan manhajnya.

Adapun tahapan-tahapan dari berdirinya gerakan ini adalah :

Fase 70-an : Harokah (Gerakan) sudah mampu berperan dalam meletakan dasar dan memunculkan kelompok-kelompok islam di berbagai yayasan dan asosiasi. Dari sinilah muncul perkumpulan dan lembaga islam hingga terbentuknya Universitas Islam.

Awal 80-an : Harokah semakin solid dalam aspek tanzhim (organisasi) dan ta’thir (ruang lingkup). Pada fase ini harokah merasakan kebutuhan yang mendesak untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Zionis. Di tahun 1983 dibentuklah suatu komisi militer yang melakukan berbagai gerakan-gerakan rahasia untuk melindungi kerja-kerja militer hingga terbentuk Organisasi Jihad dan Dakwah (MAJD)

Tahun 1987 : Harokah mulai melakukan aksi-aksi massa untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Zionis melalui berbagai domonstrasi dan penyebaran pamflet kepada rakyat Palestina di daerah Gaza demi memberikan pernyadaran dan kewaspadaan terhadap berbagai cara-cara penundukan yang dilakukan musuh.

Desember 1987: Terjadi percikan pertama yang memunculkan HAMAS dikarenakan tindakan penganiayaan Zionis terhadap hak-hak rakyat Palestina hingga sampai tahap yang sudah tidak bisa ditahan.

Kehormatan dan hak-hak rakyat Palestina dihina dan direndahkan yang menyebabkan munculnya revolusi. Munculnya Gerakan INTIFADHAH (gelombang perlawanan) bulan Desember 1987 diawali dengan berbagai pemberontakan, revolusi, demonstrasi dan aksi-aksi yang menunjukkan penolakan rakyat Palestina.

Pada bulan-bulan itu juga para tokoh Gerakan Ikhwan memberikan berbagai pelatihan dalam menciptakan perlawanan massa dan penyebaran berbagai pamflet untuk menggiring opini umum dalam menentang pendudukan Zionis.

6 Desember 1987: Terjadi tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh seorang supir sebuah Truk Zionis yang menabrakkan kendaraannya ke sebuah mobil kecil yang membawa para pekerja Arab dan mengakibatkan 4 orang penduduk Palestina syahid. Kejadian tersebut menandai munculnya tahapan baru dalam jihad rakyat Palestina.

Para tokoh Gerakan Ikhwan di Gaza mulai melatih para mahasiswa cara-cara berdemonstrasi. Mereka pun rela menutup kampusnya pada hari-hari demonstrasi. Mereka terus menerus melakukan berbagai demonstrasi baik siang maupun malam sehingga berhasil mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat Palestina, bahkan rakyat pun ikut turun ke jalan bersama para mahasiswa menentang pendudukan Zionis. Inilah yang menjadi percikan pertama dari kemunculan intifadhah yang penuh berkah.

14 Desember 1987 : Merupakan tahapan baru dalam jihad rakyat Palestina menentang pendudukan Zionis zhalim yaitu tahapan yang mencerminkan gelombang perlawanan islam. Pada awalnya dinamakan حمس (HAMAS) namun setelah beberapa hari diganti menjadi حماس (HAMAAS) kata yang berarti kekuatan dan aktivitas.

Kelahiran HAMAS ini diprakarsai oleh para tokoh Ikhwan yang berjumlah 7 orang. Mereka mengadakan pertemuan di wilayah Gaza setelah kejadian truk 6 Desember 1987 yang kemudian menghasilkan HAMAS.

Ketujuh orang pendiri HAMAAS itu adalah Syeikh Ahmad Yasin, DR. Ibrahim al Bazuri, Muhammad Syam’ah (perwakilan di kota Gaza), Abdul Fatah Dakhon (Perwakilan Wilayah Tengah), DR. Abdul Aziz ar Rantisi (Perwakilan Khan Yunus), Isa an Nasyar (perwakilan kota Rafah), Shalah Syahadah (Perwakilan Wilayah Utara).

Gerakan HAMAS ini membuat panik pendudukan Zionis sehingga pada tahun 1988 mereka melakukan banyak penangkapan dan pengusiran tidak terkecuali para pendiri gerakan kecuali Syeikh Ahmad Yasin yang baru dipenjarakan pada tahun 1989.

Berbagai penangkapan terhadap para pemimpin HAMAS di level pertama terus dilakukan namun itu semua tidak menghentikan regenerasi kepemimpinan dalam tubuh HAMAS hingga sampai level kelima. Penangkapan-penangkapan yang dilakukan Zionis itu tidak berpengaruh apa-apa apalagi menghentikan gerakan.

HAMAS juga menggunakan masjid dalam membangkitkan kesadaran dan perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Zionis, yang kemudian gerakan itu dikenal dengan “Tsaurotul Masjid” (Revolusi Masjid).

HAMAS adalah sebuah Gerakan Jihad, Da’wah dan Politik, ia berdiri di atas Syumuliyatul Islam (Universalitas Islam) yang mencakup semua aspek kehidupan. Hal itu dibuktikan dengan masuknya HAMAS ke medan politik dan ikut serta dalam Pemilu bahkan bisa memenangkannya.

Sejak awal, sebenarnya HAMAS sudah menunjukkan keuniversalannya, seperti memiliki Yayasan-yayasan Sosial, Pendidikan, politik dan Jihad. Masuknya HAMAS ke medan perpolitikan adalah proses alami yang bertujuan membenahi berbagai penyimpangan yang ada didalam berbagai peraturan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip rakyat Palestina dan memberikan perlindungan terhadap berbagai kekayaan dan hak-hak mereka. (disarikan dari hasil wawancara www.ikhwanonline.net dengan H. Muhammad Syam’ah, salah seorang pendiri HAMAS)

Sasaran utama Gerakan HAMAS adalah mendirikan negara Palestina diatas seluruh tanah Palestina melalui jihad yang diikuti oleh seluruh kaum muslimin. Didalam Manifestasi Gerakan dijelaskan bahwa kemunculan Intifadhah adalah demi iizzah dan kemuliaan rakyat Palestina sebagaimana disebutkan “Demi mnegembalikan hak-hak kami di negara kami dan meninggikan Panji Allah di bumi.”

Kemudian ditegaskan lagi didalamnya bahwa “Intifadhah (Perlawanan masal) rakyat kami adalah untuk berjaga-jaga di bumi yang sedang dijajah ini. Intifadhah lahir untuk menentang politik pemaksaan Zionis dan untuk memberikan penyadaran kepada setiap sanubari… “

Pemahaman aqidah HAMAS bersandar kepada Al Qur’an dan Sunanh Nabi. Kemunculan HAMAS diprakarsai oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin dan HAMAS adalah salah satu sayap dari Gerakan Ikhwan.

Pasal Pertama di dalam Piagam Gerakan disebutkan bahwa manhaj HAMAS adalah islam. HAMAS menjadikan islam sebagai sumber pemikiran dan pemahamannya terhadap alam, kehidupan, manusia, kepadanya mereka berhukum dalam setiap prilakunya dan segala langkah-langkahnya juga merujuk kepadanya.”

HAMAS adalah salah satu mata rantai dari mata rantai-mata rantai jihad dalam memerangi orang-orang Zionis yang kemunculannya memiliki kaitan erat dengan asy Syahid Izzudin al Qossam dan para mujahidin Ikhwanul Muslimin tahun 1936, yang kemudian juga merupakan kelanjutan dari jihad rakyat Palestina dan jihad Ikhwanul Muslimin di dalam perang 1948 serta berbagai operasi jihad Ikhwan Muslimin di tahun 1967.

Adapun struktur HAMAS terbagi menjadi 4 sayap yang saling terpisah :
1. Sayap Mobilisasi Massa.
2. Sayap Keamanan (dahulu bernama MAJD) yang dibentuk pada tahun 1983
3. Sayap Militer (Batalyon Asy Syahid Izzuddin Al Qossam), sebelumnya bernama “Mujahidu Filistiniyin” atau “Al Mujahiduun”
4. Sayap Politik

HAMAS berkeyakinan bahwa peperangan dengan Zionis di Palestina adalah peperangan eksistensi yang tidak mungkin dihentikan kecuali setelah berbagai penyebabnya dilenyapkan yaitu pendudukan Zionis di bumi Palestina dan perampasan tanah-tanahnya serta pengusiran para penduduknya. (disarikan dari www.islamweb.net)

Semoga Allah swt senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran kepada para mujahidin Palestina dalam meninggikan panji Allah dan menjaga kehormatan bangsa Palestina dan kaum muslimin dalam melawan orang-orang yang paling keras permusuhannya kepada kaum muslimin, yaitu Zionis Yahudi.

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُواْ

Artinya : “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al Maidah : 82)

Terlepas apakah mereka yang sedang berjihad di bumi Palestina adalah HAMAS atau Ikhwanul Muslimin ataukah dari organisasi yang lainnya, selama mereka semua berniat untuk meninggikan kalimat Allah maka mereka adalah para mujahidin di jalan Allah yang harus selalu mendapatkan dukungan dari seluruh saudara-saudaranya kaum muslimin di setiap jengkal bumi Allah ini.

Allah telah memuliakan mereka dengan jihad, Allah telah meninggikan mereka dengan syahid di jalan-Nya dan Allah juga telah menjanjikan mereka dua ganjaran terbesar yaitu kemenangan dan surga.
Jadikanlah kejadian yang tengah melanda Palestina, khususnya Gaza saat ini sebagai sarana pemersatu seluruh umat islam. Lepaskanlah seluruh pakaian yang selama ini banyak menghiasi kaum muslimin dunia, seperti : ashobiyah (kesukuan), etnis, kedaerahan, kebangsaan, madzhab, ormas, jama’ah dan partai politik untuk kemudian mengenakan satu pakaian yang jauh lebih indah dan mulia, yaitu pakaian islam. Suatu pakaian yang diikat dengan tali akidah dan cocok dikenakan oleh seluruh umat islam dimana pun ia berada dan darimana pun ia berasal.

Ingatlah suatu hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka dia bukan dari golongan mereka (kaum muslimin).” (HR. Ath Thabrani)

Wallahu A’lam