Beliau
rahimahullah adalah salah seorang imam Ahlus-Sunnah abad ini,
yang mengorbankan seluruh hidupnya demi mengabdikan diri kepada Allah,
seorang laki-laki agung yang namanya telah memenuhi cakrawala. Beliau rahimahullah
tidak saja dikenal sebagai seorang ulama ahli hadits, akan tetapi
beliau rahimahullah juga salah seorang diantara barisan para
ulama yang mendapat predikat sebagai pembaharu Islam (Mujaddid
al-Islam).
Lingkungan keluarga yang menaungi Syaikh al-Albani ketika masih kanak-kanak, penuh dengan cahaya Islam, yang tampak sangat terjaga dalam setiap sisi.
Orang yang paling pertama menanamkan pengaruhnya adalah bapaknya sendiri, Haji Nuh, yang merupakan salah seorang ulama Madzhab Hanafi kala itu. Dan untuk berapa lama beliau rahimahullah mengikuti taqlid madzhabi yang diajarkan bapaknya. Akan tetapi hidayah Allah selalu datang kepada orang yang dikehendaki-Nya kebaikan pada dirinya. Dan kemudian beliau rahimahullah muncul sebagai seorang yang tidak terkekang madzhab tertentu.
Begitulah al-Albani muda ini muncul sebagai seorang pemuda yang unggul dalam kajian hadits, yang pindah dari satu majelis pengajian ke majelis lainnya demi menimba ilmu.
Semua sepak terjang beliau rahimahullah dalam mencari ilmu tadi, berbarengan dengan kehidupan beliau rahimahullah yang sangat pas-pasan. Sehingga untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari, beliau bergelut sebagai seorang tukang (servis) jam, dan beliau dikenal sangat ahli dalam pekerjaan tersebut. Dan semua itu sama sekali tidak menghalangi beliau rahimahullah untuk menjadi seorang alim yang besar di kemudian hari.
Disana sang Imam sempat mengajar, dengan berbagai suka dan duka, selama tiga tahun. Dalam masa-masa itu, beliau rahimahullah adalah figur dan teladan dalam keuletan, kesungguhan dan keikhlasan mengabdi, sampai seringkali, pada waktu istirahat diantara mata pelajaran, beliau ikut serta duduk di tengah para mahasiswa diatas pasir demi menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan murid-murid beliau.
Beliau adalah seorang yang sangat rendah hati, sehingga di tengah para mahasiswanya, beliau bagaikan salah seorang diantara mereka. Tak heran bila mobil pribadi beliau yang sederhana selalu dipenuhi oleh para murid-murid beliau yang selalu ingin mengambil faidah dari beliau rahimahullah. Kedekatan dan keakraban beliau adalah bukti bahwa pengajaran-pengajaran beliau memang menuai berkah disana.
Diantara kenangan dan berkah yang masih tersisa sampai saat ini di Universitas Islam Madinah adalah metodologi kuliah yang beliau sampaikan dalam sub-disiplin "Ilmu Isnad." Beliau mengajarkan bidang ini dengan metode, memilih hadits dari Shahih Muslim misalnya, lalu menuliskannnya di papan tulis lengkap dengan sanad. Berikutnya beliau membawa kitab-kitab biografi rawi-rawi hadits, lalu menjelaskan kepada para mahasiswa tentang metodologi kritik rawi dan metodologi takhrij hadits, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
Pengajaran Ilmu Isnad yang dirintis beliau ini, menempatkan sosok beliau rahimahullah sebagai guru yang paling pertama menetapkan sub-disiplin ini sebagai mata pelajaran di perguruan tinggi, dan itu yang paling pertama di dunia. Dan ketika sang Imam meninggalkan Universitas Islam Madinah untuk menetap di Yordania, metodologi pengajaran ini terus dijalankan oleh para dosen yang menggantikan beliau.
Berikut ini beberapa hal yang menggambarkan kedudukan tinggi beliau:
Beliau wafat pada hari Sabtu, 22 Jumadil-Akhir 1420 H. Jenazah beliau dipersaksikan dengan iringan ribuan para pelayat dari berbagai negeri. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada sang Imam, yang telah berjasa besar menggaungkan kembali dakwah as-Salafiyah di abad ini.
Demikian biografi singkat ini kami tulis yang disadur dari kitab al-Imam al-Mujaddid al-Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani, oleh Umar Abu Bakar.
http://www.ahlussunnah.info/artikel-ke-70-biografi-syaikh-muhammad-nashiruddin-al-albani-rahimahullah
Nama, Kelahiran dan Pertumbuhan Syaikh al-Albani rahimahullah
Beliau adalah Muhammad Nashiruddin bin Nuh, dikenal dengan kuniah
Abu 'Abdurrahman. Beliau lahir tahun 1914 M di tengah sebuah keluarga
yang sangat sederhana dan sibuk dengan ilmu agama, di ibukota Albania.
Bapaknya, haji Nuh, adalah salah seorang ulama besar Albania kala itu,
yang pernah menuntut ilmu di Istambul, Turki, kemudian kembali ke
Albania untuk mengajarkan ilmu dan berdakwah.Lingkungan keluarga yang menaungi Syaikh al-Albani ketika masih kanak-kanak, penuh dengan cahaya Islam, yang tampak sangat terjaga dalam setiap sisi.
Hijrah Demi Melindungi Agama
Ketika Ahmad Zogo menjadi raja Albania, dia mulai melancarkan
berbagai perubahan aturan sosial yang revolusioner bagaikan hantaman
hebat yang menggoncangkan pondasi-pondasi lingkungan Islami tersebut.
Karena tindakan yang dilakukan oleh raja Ahmad Zogo tersebut sama dengan
apa yang dilakukan oleh thaghut Turki, Mustafa Ataturk; dimana
para wanita Albania diharuskan menanggalkan hijabnya, sehingga rangkaian
fitnah dan malapetaka pun tak terhindarkan. Sejak saat itu, mulailah
kaum muslimin yang mengkhawatirkan agama mereka, berhijrah ke berbagai
negeri. Termasuk diantara yang paling pertama hijrah adalah keluarga
Syaikh Haji Nuh, yang membawa agama dan keluarganya ke Suriah. Termasuk
di dalamnya, sang Imam kecil, Muhammad Nashiruddin al-Albani.
Al-Albani Mulai Menuntut Ilmu
Di Damaskus, lelaki kecil Muhammad Nashiruddin mulai menimba ilmu
dengan mempelajari Bahasa Arab di Madrasah Jam'iyah al-Is'af al-Hairi.
Disanalah beliau rahimahullah mulai menapaki dunia ilmu dan
kemudian mendaki kemuliaan sebagai seorang alim.Orang yang paling pertama menanamkan pengaruhnya adalah bapaknya sendiri, Haji Nuh, yang merupakan salah seorang ulama Madzhab Hanafi kala itu. Dan untuk berapa lama beliau rahimahullah mengikuti taqlid madzhabi yang diajarkan bapaknya. Akan tetapi hidayah Allah selalu datang kepada orang yang dikehendaki-Nya kebaikan pada dirinya. Dan kemudian beliau rahimahullah muncul sebagai seorang yang tidak terkekang madzhab tertentu.
Begitulah al-Albani muda ini muncul sebagai seorang pemuda yang unggul dalam kajian hadits, yang pindah dari satu majelis pengajian ke majelis lainnya demi menimba ilmu.
Semua sepak terjang beliau rahimahullah dalam mencari ilmu tadi, berbarengan dengan kehidupan beliau rahimahullah yang sangat pas-pasan. Sehingga untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari, beliau bergelut sebagai seorang tukang (servis) jam, dan beliau dikenal sangat ahli dalam pekerjaan tersebut. Dan semua itu sama sekali tidak menghalangi beliau rahimahullah untuk menjadi seorang alim yang besar di kemudian hari.
Menjadi Guru Besar di Universitas Islam Madinah
Berkat jerih payah dan keuletan sang Imam -dan tentu saja karena
taufik dari Allah-, sejumlah karya tulis beliau rahimahullah
mulai terbit dari tangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu, seperti
fikih, akidah dan lainnya, terlebih dalam ilmu hadits yang memang
merupakan spesifikasi beliau; yang menunjukkan kepada dunia ilmiah,
luasnya ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada beliau rahimahullah;
berupa pemahaman yang shahih, ilmu yang luas, dan kajian yang dalam
tentang hadits, dari berbagai sisinya. Ditambah lagi dengan manhaj
beliau yang lurus, yang menjadikan al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai
tolok ukur dan dasar dalam segala sesuatu. Semua itu menjadikan sang
Imam muncul sebagai sosok yang fenomenal, menjadi rujukan ahli ilmu dan
dengan cepat keutamaan yang ada pada diri beliau dikenal oleh berbagai
kalangan. Maka ketika Universitas Islam Madinah mulai dirintis, yang
dipelopori oleh Syaikh al-Allamah Muhammad bin Ibrahim Alu
asy-Syaikh, yang saat itu adalah Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia,
Syaikh al-Albani rahimahullah langsung menjadi pilihan untuk
menjadi guru besar Bidang Studi Hadits disana.Disana sang Imam sempat mengajar, dengan berbagai suka dan duka, selama tiga tahun. Dalam masa-masa itu, beliau rahimahullah adalah figur dan teladan dalam keuletan, kesungguhan dan keikhlasan mengabdi, sampai seringkali, pada waktu istirahat diantara mata pelajaran, beliau ikut serta duduk di tengah para mahasiswa diatas pasir demi menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan murid-murid beliau.
Beliau adalah seorang yang sangat rendah hati, sehingga di tengah para mahasiswanya, beliau bagaikan salah seorang diantara mereka. Tak heran bila mobil pribadi beliau yang sederhana selalu dipenuhi oleh para murid-murid beliau yang selalu ingin mengambil faidah dari beliau rahimahullah. Kedekatan dan keakraban beliau adalah bukti bahwa pengajaran-pengajaran beliau memang menuai berkah disana.
Diantara kenangan dan berkah yang masih tersisa sampai saat ini di Universitas Islam Madinah adalah metodologi kuliah yang beliau sampaikan dalam sub-disiplin "Ilmu Isnad." Beliau mengajarkan bidang ini dengan metode, memilih hadits dari Shahih Muslim misalnya, lalu menuliskannnya di papan tulis lengkap dengan sanad. Berikutnya beliau membawa kitab-kitab biografi rawi-rawi hadits, lalu menjelaskan kepada para mahasiswa tentang metodologi kritik rawi dan metodologi takhrij hadits, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
Pengajaran Ilmu Isnad yang dirintis beliau ini, menempatkan sosok beliau rahimahullah sebagai guru yang paling pertama menetapkan sub-disiplin ini sebagai mata pelajaran di perguruan tinggi, dan itu yang paling pertama di dunia. Dan ketika sang Imam meninggalkan Universitas Islam Madinah untuk menetap di Yordania, metodologi pengajaran ini terus dijalankan oleh para dosen yang menggantikan beliau.
Menjadi Imam Para Ulama Ahli Hadits Abad Ini
Begitu banyaknya karya tulis dan hasil-hasil studi beliau rahimahullah
dalam dsiplin ilmu hadits; yang dikenal dengan kesimpulan-kesimpulan
yang detil dan cermat, menjadikan beliau rahimahullah sebagai
rujukan para ulama dan para penuntut ilmu di berbagai negara Islam.
Mereka berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk mengambil faidah
dari berkah ilmu beliau.Berikut ini beberapa hal yang menggambarkan kedudukan tinggi beliau:
- Beliau rahimahullah terpilih sebagai anggota pada dewan kajian hadits yang dibentuk oleh Mesir dan Suriah, untuk memimpin komite publikasi kitab-kitab sunnah.
- Menjadi guru besar bidang studi hadits di Universitas Islam Madinah, sebagaimana yang telah disinggung. Bahkan kemudian beliau dipilih sebagai anggota dewan rektor di universitas yang sama, periode 1381-1383 H.
- Beliau pernah diminta menjadi guru besar di Universitas as-Salafiyah, India, tapi beliau tidak menyanggupi.
- Beliau juga pernah diminta oleh Menteri Wakaf Saudi Arabia, Syaikh Hasan 'Abdullah Alu asy-Syaikh, untuk menjadi guru besar ilmu hadits di Universitas Makkah al-Mukarramah.
- Oleh Raja Khalid bin 'Abdul-Aziz, raja Saudi Arabia, beliau terpilih kembali sebagai anggota dewan rektor Universitas Islam Madinah periode 1395-1398 H.
- Perpustakaan azh-Zhahiriyah, di Damaskus, mengkhususkan satu ruang tersendiri untuk Syaikh, demi memudahkan studi dan penelitian beliau. Dan ini tidak pernah terjadi bagi seorang pun sebelum beliau.
Pujian Para Ulama
- Sikap hormat Syaikh al-Allamah Muhammad Amin asy-Syinqithi rahimahullah -yang dikenal sebagai seorang ahli tafsir yang tidak ada bandingannya di zamannya- yang tidak lazim kepada Syaikh al-Albani rahimahullah, dimana saat beliau melihat Syaikh al-Albani berlalu padahal beliau tengah mengajar di Masjid Nabawi, beliau menyempatkan berdiri untuk mengucapkan salam kepada Syaikh al-Albani, demi menghormatinya.
- Pujian al-Allamah Muhibbuddin al-Khathib rahimahullah; “Diantara para dai kepada as-Sunnah, yang menghabiskan hidupnya demi bekerja keras untuk menghidupkannya, adalah saudara kami Abu 'Abdurrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati al-Albani.”
- Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu asy-Syaikh rahimahullah, pernah menyebut al-Albani dengan pujian; “Beliau adalah Ahli Sunnah, pembela kebenaran dan musuh yang menghantam para pengikut kebathilan.”
- Pujian Syaikh 'Abdul-Aziz bin Baz rahimahullah; “Saya tidak pernah melihat seorang ulama di bawah kolong langit ini, di abad modern ini seperti al-Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani.”
- Pujian Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah; “Yang saya ketahui tentang Syaikh, dari pertemuan saya dengan beliau -dan itu sangat sedikit- bahwa beliau sangat teguh di dalam mengamalkan as-Sunnah dan memerangi bid'ah, baik dalam akidah maupun amaliyah. Dan dari telaah saya terhadap karya tulis beliau, saya mengetahui bahwa beliau memiliki ilmu yang luas di dalam hadits, riwayat maupun dirayat. Dan bahwasanya Allah memberikan manfaat yang banyak dari karya tulis beliau, baik dari segi ilmu maupun metodologi…”
Karya Tulis Sang Imam
Berkah hidup dan sumbangsih sang Imam kepada dunia Islam, tidak saja
berupa dakwah kepada al-Qur'an dan as-Sunnah berdasarkan manhaj
as-Salaf ash-Shalih, yang memenuhi cakrawala dan menghentakkan para
pengikut kesesatan. tapi juga meninggalkan karya tulis yang di dalamnya
tertuang hasil-hasil studi ilmiah yang tidak kita dapatkan dalam karya
tulis lain. Karya tulis beliau yang telah tercetak tidak kurang dari 119
buah, baik yang berupa ta'lif atau takhrij. Bahkan masih
banyak yang berbentuk manuskrip.
Berikut ini diantara karya tulis beliau:
- Adab az-Zafaf.
- Al-Ayat al-Bayyinat fi Adami Sima'i al-Amwat.
- Al-Ajwibah an-Nafi'ah 'An As'ilah Lajnah Masjid al-Jami'ah.
- Ahkam al-Jana'iz.
- Irwa' al-Ghalil fi Takhrij Ahadits Manar as-Sabil.
- Tadzhir as-Sajid min Ittikhadz al-Qubur Masajid.
- Tahrim Alat ath-Tharb.
- Shifah Shalati an-Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam min at-Takbir Ila at-Taslim.
- Silsilah al-Ahadits adh-Dha'ifah wa al-Maudhu'ah.
- Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah.
- At-Tawassul Anwa'uhu wa Ahkamuhu, dan lain-lain.
Beliau wafat pada hari Sabtu, 22 Jumadil-Akhir 1420 H. Jenazah beliau dipersaksikan dengan iringan ribuan para pelayat dari berbagai negeri. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada sang Imam, yang telah berjasa besar menggaungkan kembali dakwah as-Salafiyah di abad ini.
Demikian biografi singkat ini kami tulis yang disadur dari kitab al-Imam al-Mujaddid al-Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani, oleh Umar Abu Bakar.
http://www.ahlussunnah.info/artikel-ke-70-biografi-syaikh-muhammad-nashiruddin-al-albani-rahimahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar